Sabtu, 26 September 2015

Hormon

Hormon (dari bahasa Yunaniόρμήhorman - "yang menggerakkan") adalah pembawa pesan kimiawi antar sel atau antarkelompok sel. Semua organisme multiselular, termasuk tumbuhan (lihat artikel hormon tumbuhan), memproduksi hormon.
Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target. Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan memengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular,[1] termasuk di antaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin vertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir semua sistem organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon dilepaskan langsung ke aliran darah, walaupun ada juga jenis hormon - yang disebut ektohormon (ectohormone) - yang tidak langsung dialirkan ke aliran darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.
Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untu mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.
Pada tumbuhan, hormon dihasilkan terutama pada bagian tumbuhan yang sel-selnya masih aktif membelah diri (pucuk batang/cabang atau ujung akar) atau dalam tahap perkembangan pesat (buah yang sedang dalam proses pemasakan). Transfer hormon dari satu bagian ke bagian lain dilakukan melalui sistem pembuluh (xilem dan floem) atau transfer antarsel. Tumbuhan tidak memiliki kelenjar tertentu yang menghasilkan hormon.
Memiliki buah hati adalah impian setiap pasangan yang sudah menikah. Sekian lama belum dikarunia keturunan, tentu akan membuat pasangan suami istri risau dan gelisah. Dalam kasus seperti ini, istrilah yang biasanya merasakan beban paling berat. Apalagi ada pandangan bahwa penyebab semua itu adalah dari pihak istri. Padahal bukanlah seperti itu bukanlah salah istri, karena setiap takdir Allah-lah yang telah menggariskannya. Lagipula, tidak selalu istri yang menjadi penyebabnya, pihak suami dapat pula menjadi sebab belum dikaruniai keturunan. Atau bisa saja penyebabnya bukan karena masalah infertilitas tetapi juga masalah psikologi.
Apa itu Kesuburan atau fertilitas?
Kesuburan atau fertilitas adalah kemampuan seorang istri untuk hamil dan melahirkan anak yang disebabkan karena adanya pembuahan. Seorang wanita dikatakan sedang subur, jika ia melepaskan sel telur yang telah matang agar dapat dibuahi oleh sperma. Masa subur seorang wanita mudah dikenali dengan adanya siklus menstruasi dan perubahan lainnya yang dapat dilihat secara fisik. Rata-rata dalam setiap siklus menstruasi, satu atau beberapa sel telur akan tumbuh dan matang. Ovulasi merupakan proses pelepasan telur yang telah matang dari dalam rahim kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk dibuahi. Masa subur pria tidak mempunyai siklus bulanan seperti masa subur wanita. Namun, pria juga memiliki masa subur, yaitu suatu masa dimana sperma pria dalam kondisi terbaik dan memiliki kemungkinan besar dapat membuahi sel telur dan terjadi setiap pagi hari atau terutama saat musim dingin karena pada waktu-waktu itu seorang pria memiliki jumlah sperma yang lebih banyak.
Apa Saja Hormon Yang Mempengaruhi Kesuburan?
Ada beberapa hormon penting yang berhubungan dengan kesuburan pada pasangan suami istri. Apabila hormon itu terganggu, maka akan berdampak terhadap kesuburan. Hormon-hormon tersebut antara lain:
  • FSH (Follicle-Stimulating Hormone), yang berfungsi membantu perkembangan folikel pada indung telur dan pembentukan estrogen.
  • LH (Luteinizing Hormonon), yang mengatur ovulasi dan pembentukan korpus luteum (badan kelenjar yang menghasilkan hormon pregesteron).
  • Hormon esterogen, yang mengatur perkembangan dan menjaga ciri-ciri kewanitaan. Hormon ini diproduksi di dalam indung telur, plasenta, dan ginjal kecil.
  • Hormon progesteron, hormon ini sebagai pelindung kehamilan yang diproduksi oleh korpus luteum dalam indung telur.
  • Hormon tiroid, kekurangan hormon ini akan mengganggu metabolisme tubuh yang menyebabkan sel telur tidak matang.
Hormon-hormon ini berfungsi merangsang ovarium atau indung telur hingga terjadi pertumbuhan dan pematangan folikel diikuti ovulasi atau keluarnya sel telur.
Bagaimana Mengatasi Gangguan Ketidaksuburan?
Ketidaksuburan salah satunya disebabkan karena adanya gangguan sistem hormonal. Pada wanita, gejala gangguan sistem hormonal umumnya ditandai dengan nyeri haid dan haid tidak teratur. Membatasi asupan makanan padat kalori terutama karbohidrat dan lemak merupakan langkah awal usaha untuk mendapatkan keturunan. Penting juga untuk memperkaya keragaman bahan makanan, terutama yang kaya gizi penyubur sistem reproduksi, seperti vitamin E, vitamin C, vitamin B12, asam folat, betakaroten, zat besi, seng, dan selenium. Sebagaimana wanita, yang membutuhkan cukup asupan asam folat dan gizi penyubur lain, pria pun demikian untuk menunjang sistem reproduksinya.
Selain memperkaya asupan gizi, usaha yang dapat dilakukan adalah terapi hormon, meskipun tak berarti semua kasus infertilitas bisa diatasi dengan terapi hormon. Terapi hormon hanya dilakukan bila koordinasi atau produksi hormonnya kurang baik. Terapi hormon dilakukan untuk mengatasi gangguan ketidaksuburan dengan cara penambahan hormon dari luar. Adapun kasus yang menyebabkan dilakukannya terapi ini bila hormon yang menghasilkan FSH (Follicle Stimulating Hormone)  dan LH (Luteinezing Hormone) di dalam tubuh kurang. Kekurangan hormon ini membuat infertilitas (tak subur), baik pada pria maupun pada wanita. Pada pria akan mempengaruhi jumlah sperma, sedangkan pada wanita menyebabkan gangguan pembentukan ovulasi atau sel telur.
Apa Saja Obat-Obat Hormon Peningkat Kesuburan?
Dalam proses pengobatan gangguan kesuburan (infertilitas) ada beberapa obat yang digunakan untuk merangsang pembentukan sel telur (ovulasi) sehingga kapan terjadinya masa subur dapat diprediksi, obat ini biasa disebut dengan induksi ovulasi. Berikut beberapa contoh obat dan indikasinya:
  • Clomiphene citrate (Clomid), obat ini sering menjadi pilihan pertama untuk mengobati infertilitas, karena efektif dan telah digunakan selama lebih dari 25 tahun. Obat ini digunakan untuk merangsang perkembangan sel telur di indung telur. Obat ini merupakan golongan antiestrogen yang menyebabkan kelenjar hipofisis melepaskan lebih banyak FSH dan LH yang merangsang pertumbuhan folikel pada indung telur. Klomifen sitrat merupakan pilihan pertama dalam proses induksi ovulasi karena biaya yang murah dan kemudahan.
Penggunaan: Dosis awal clomiphene citrate adalah 50 miligram per hari selama lima hari. Obat diminum secara oral mulai hari haid ke 3-5. Jika dalam penggunaannya tidak terjadi ovulasi seperti yang diharapkan, dosis 50 mg standar dapat ditingkatkan berdasarkan kebijaksanaan dokter. Sebagian dokter menyarankan dalam pengobatan dengan obat ini tidak lebih dari 6 bulan. Jika dalam jangka waktu tersebut tanda-tanda kehamilan belum muncul, maka kemungkinan besar dokter akan meresepkan obat yang berbeda atau merujuk ke spesialis infertilitas. Efek samping dari clomiphene umumnya ringan, seperti penglihatan kabur , mual, kembung , sakit kepala,  nyeri payudara , dan perubahan suasana hati.
  • Gonadotropin dengan agonis GnRH, obat ini biasanya digunakan untuk kasus yang gagal diobati dengan Clomiphene citrate. Gonadotropin secara langsung merangsang kelenjar hipofisis untuk melepaskan  lebih banyak FSH dan LH. Jenisnya ada yang merupakan rekombinan FSH (murni) atau yang mengandung kombinasi FSH dan LH (hMG). Nama merek untuk obat ini antara lain: Pergonal , Humegon , dan Repronex atau teknologi rekombinan yang dihasilkan gonadotropin seperti Follistim dan Gonal F. Kebanyakan dokter memulai perawatan dengan gonadotropin pada hari 2,3 atau 4 siklus menstruasi. Pengobatan gonadotropin memerlukan serangkaian suntikan dan pemantauan lebih intensif daripada penggunaan clomiphene citrate dan tentunya jauh lebih mahal.
  • Progesteron adalah hormon yang mendukung perkembangan lapisan rahim (endometrium) pada fase luteal dan mempersiapkan endometrium untuk tempat menempelnya embrio. Suplemen progesteron kadang-kadang digunakan dengan clomiphene dan/atau gonadotropin. Progesteron dapat diberikan melalui suntikan intramuskular, bisa juga dengan pemberian obat melalui vagina (suppositoria vagina).
  • Bromocriptine (Parlodel),  merupakan obat yang dirancang untuk menurunkan kadar prolaktin dalam aliran darah. Bromocriptine diresepkan dalam kasus prolaktin tinggi dan menghasilkan 85-90% tingkat keberhasilan ovulasi (di mana tidak terdapat faktor ketidaksuburan lainnya). Prolaktin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis yang biasanya meningkat selama kehamilan dan menyusui. Namun terkadang meningkat pada wanita yang tidak hamil dan tidak menyusui yang dapat menyebabkan siklus haid tidak teratur. Obat lain yang serupa adalah pergolide, dijual sebagai Permax. Obat ini diberikan secara oral dalam dosis kecil dan meningkat sesuai kebutuhan. Efek samping yang paling umum terjadi di antaranya adalah mengantuk dan mual.
  • Kortikosteroid. Dalam beberapa wanita, kelenjar adrenal dapat menghasilkan jumlah kelebihan androgen, atau hormon tipe laki-laki. Peningkatan kadar androgen ini, seperti testosteron dan androstenedion, dapat mengganggu ovulasi. Dalam kasus ini, dosis rendah kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan kadar androgen ke kisaran normal. Satu obat yang biasa digunakan untuk ini adalah deksametason. Hal ini diberikan dalam dosis yang sangat rendah yang hampir tidak menimbulkan efek samping yang serius.
  • Thyroid, kelenjar tiroid yang normal sangat penting dalam terjadinya ovulasi. kekurangan hormon ini akan mengganggu metabolisme tubuh yang menyebabkan sel telur tidak matang. Tes darah yang sederhana biasanya dapat mendeteksi adanya masalah dari kelenjar tiroid ini. Dalam kasus seperti ini, suplemen hormon tiroid, seperti Synthroid diperlukan agar terjadi ovulasi normal.
Perlu diingat, dalam menggunakan obat-obat di atas, tentu melalui proses konsultasi terlebih dahulu kepada dokter ahli yang mengani masalah ketidaksuburan, sehingga pengobatan akan menjadi tepat dan rasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar